Senin, 06 Desember 2010

ISLAM DI AFRIKA

ISLAM DI AFRIKA
Bab I
Pendahuluan

Peradaban Islam di Afrika utara bermula dari serangkaian penaklukan bangsa Arab pada abad ketujuh dan kedelapan. Antara serangkaian penaklukan tersebut dan pertengahan abad ketiga belas, sejarah wilayah ini sejalan dengan priode kehalifahan dalam perkembangan timur tengah dan merupakan varian dari tipe peradaban Islam Timur Tengah. Pada abad duabelas dan tiga belas beberapa pemerintah muslim di Afrika Utara mulai membentuk sebuah konfigurasi institusional yang menyerupai konfigurasi institusional imperium saljuk di Iraq dan iran dan imperium mamluk di mesir dan syiria.
Pada abad ke enam belas sebagian besar wilayah Afrika Utara, telah jatuh ketangan dominasi Usmani yang mengantarkan institusi Usmani ke Aljazair dan membantu mengkonsilidasikan bentuk-bentuk masyarakat islam Afrika Utara. Pada abad keenam belas dan Sembilan belas, beberapa masyarakat tersebut dihancurkan oleh bangsa eropa dank akhirnya jatuh kedalah kekuasaan pemerintah kolonia.


Bab II
Pembahasan

1. Kolonialisme dan Kemerdekaan Negara-negara Afrika dan Islam
Pemerintah kolonia memberikan beberapa implikasi yang sangat bertentangan bagi penduduk Muslim di Afrika. Pada satu sisi, pemerintah kolonia telah berdiri tegak, dan mengubah pola-pola perkembangan perkembangan yang telah berlangsung pada priode terdahulu.
Kekuatan kolonia telah menetapkan batas-batas territorial yang baru melahirkan sejumlah Negara Afrika yang berlaku sampai sekarang ini. Mereka turut mengilhami identitas politik nasional dan sekuler. Pada sisi lainnya, pemerintahan kolonia juga turut menyokong penyebaran Islam dan membantu menjadikan Islam sebagai agama mayoritas di beberapa negeri di Afrika.
Imperium Perancis dan Inggris sebagian dari mereka telah menggariskan konfigurasi politik masyarakat Afrika modern. Pada tahun 1900 imperium Perancis memiliki sebuah wilayah yang sangat luas termasuk wilayah pesisir Atlantik di Senegal, Guinea, Pesisir Ivory dan Dahomey. Antara 1899 dan 1922 wilayah bagian tengah di organisir menjadi sejumlah koloni Perancis di Sudan, Nigeria, dan Mauritania.
Satu prinsip dasar diterapkan pemerintah territorial Perancis dan inggris. Penduduk local dikuasai melalui beberapa pimpinan lokal yang diawasi oleh pejabat asing. Prinsip dasar ini diterapkan dalam cara-cara yang berbeda . prancis memilih cara cara yang memusat dan penguasaan yang bersifat otoritarian .
2. Pembentukan Negara dalam periode KeKhalifahan
Sejarah modern bangsa Arab Afrika Utara dalam beberapa hal yang penting sejalan dengan sejarah arab timur tengah. Pada abad ke 19 mayoritas bangsa Afrika Utra adalah muslim. Peranan sufisme sangat besar dalam mengorganisir komunitas pedalaman dan beberapa rezim Negara cenderung dilegitimasi dalam term muslim, dari pada dalam trem patrimonial, kosmopolitan, atau trem etnis.
Warga perkotaan menggunakan bahasa arab percakapan dan kebudayaan meskipun di Afrika Selatan, Saharan, dan wilayah pegunungan, Berber merupakan bahasa umum dan menjadi basis identitas kultur.
Peradaban Arab Islam di Afrika Utara dibentuk berdasarkan integrasi kalangan penakluk arab dengan masyarakat Berber dan kota-kota di wilayah laut tengah. Berber, yang dikenal dengan nama Masmudah, Sanhaja, dan Zenata, adalah masyarakat yang beragam corak, meliputi kelompok nomad yang mengembala unta, kaalngan pengembala dan kaum petani . meskipun memiliki sebuah kultur yang seragam, namun jarang sekali mereka membentuk rezim negara. Beberapa kota Afrika Utara merupakan pelopor bagi peradaban Bizantium Romawi dan Bezantium –Punic. Penaklukan bangsa arab baik terhadap masyarakat Berber maupun masyarakat terhadap kota-kota Bizantium bermula dengan serangan yang bertubi- tubi yang dilancarkan dari mesir. Sekitar tahun 670, Tunisia berhasil dikuasai dan Qayrawan dibangun sebagai pusat operasi militer bangsa arab dan bangsa arab sampai di Maroko dan spanyol pada tahun 711.
Bahkan pada saat itu kedatangan bangsa arab dalam jumlah yang terbatas. Beberapa perkampungan tentara Arab dibangun di Qayrawan, Tripoli, Tunis, Tobna dan dibangun juga sejumlah benteng –benteng ala Bezantium atau ribath diwilayah perbatasan.
Orang-orang yang terlibat di dalam ribath adalah orang-orang yang terlibat dalam perang suci dan mereka mengembangkan sebuah ideology kesalehan dan merindukan ke-syahidan. Sementara Berber pemukiman pada priode awal bertahan sebagai penganut Kristen, tetapi Berber Nomadik mendaftarkan diri kedalam pasukan bersenjata Arab, dan mereka membantu menyebarkan Islam ke Aljazair, Maroko, dan Spayol.
Serangkaian penaklukan bangsa Arab mengantarkan pada pembentukan sebuah rezim Arab-Muslim di Tunisia dan pengambilan Islam sebagai basis bagi beberapa rezim koalisi kesultanan di Afrika Utara lainya.
Pada Abad tiga belas sebuah pemerintahan territorial baru berhasil ditegakkan di Marokko. Elit keagamaan Islam dan sejumlah institusi dapat ditemukan seluruh penjuru Afrika Utara, dan penduduk setempat secara subtansial telah berpindah keagama Islam. Demikianlah, periode antara abad ketujuh sampai tiga belas sejalan dengan kekhalifahan di Timur Tengah ap sampai tahun 945 yang ditandai dengan proses pelembagaan rezim-rezim Muslim dan asosiasi keagamaan Muslim independen.
3. Faktor yang mendorong Islam dapat di terima dalam masyralat Afrika
Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan di atas, bahwa penyebaran Islam di Afrika Utara (Mesir, Libya, Alegria, Tunisia, dan Maroko) dilakukan dengan pendudukan militer. Walaupun sebagian masyrakat Barbar di Maghrib telah menerima Islam ortodoks (Sunni), sebagian besar masyrakatnya memeluk berbagai aliran yang tidak ortodoks karena hal itu sesuai dengan pandangan sosial mereka yang menganggab bahwa seluruh manusia memiliki drajat yang sama dan menyatakan penolakan mereka terhadap penguasa pusat yang dipandang yang di pegang orang Umayyad dari Damascus atau Abbasid dari Baghdad.
Melihat hal tersebut jelas bahwa Islam telah di terima secara pribadi tanpa ada unsur paksaan. Hal tersebut merupakan suatu kesadaran setiap individu mengenai peradaban dimana orang-orang Afrika mulai ingin mempelajari tentang cara-cara untuk menjadi, bagian dari, di kenal dengan, bahkan bila memungkinkan bergerak dan di anggap. Jika telah memiliki kemajuan di bidang teknologi, gaya pemerintahan, kemakmuran, berbagai jenis pendidikan atau metode pengajaran yang di sertai dengan metode-metodenya penulisan dan perhitungan belum dikenal dalam masrakat itu sendiri, dimana hal tersebut dapat memberikan kekuatan yang besar kepada mereka.
Penerimaan yang mudah, kesederhanaan doktrin-doktrin dan tata ibadah dan yang lebih penting, penekanan pada kesamaan dan penolakan terhadap sifat kesukuan adalah merupakan hal-hal yang sangat menarik. Pada masa kolonia, islam sering sekali berhasil menerik para pengikut karena Islam di tunjukkan dan di sebarkan melalui usaha –usaha para pengikut-pengikut orang Afrika yang baru masuk Islam, bukan dengan perantara para kulit putih atau orang asing lainnya seperti yang dilakukan orang Kristen.
Islam juga berhasi menjangkau orang-orang Afrika melalui pergerakan-pergerakan masyarakat, bahkan dengan memanfaatkan orang-orang nomaden untuk masyarakat yang sebelumnya belum pernah melakukan kontak dengan masyarakat muslim. Sifat nomaden yang dilakukan orang-orang Arab telah mempengaruhi orang-orang Barbar yang telah tinggal menetap, para petani dan yang masih semi nomaden yang telah menerima Islam.
Faktor lain yang sering menyebabkan proses balik agama adalah perdagangan. Muhammad mengatakan “saudagar adalah kesangan Tuhan”. Kebudayaan dan etika Islam cocok dengan perdagangan, yang mencerminkan fakta bahwa dahulu Islam adalah merupakan agama dari kelompok-kelompok orang Arab yang bepergian untuk berdagang. Sehingga perdagangan jauh atau perdagangan melalui pelabuhan-pelabuhan atau perdagangan menyeberangi sahara pasti telah menyebabkan banyak orang Afrika menjadi berhubungan dengan orang-orang Islam baik secara permanen maupun temporer.
Hal tersebut juga sekaligus menyatakan bahwa dalam Islam tidak dikenal adanya misionaris, di mana bahwa setiap setiap Muslim dapat dan harus menjadi misionaris. Dengan demikian setiap saudagar maupun pedagang dalam waktu-waktu lowongnya dapat menjadi penyebar Agama, dan banyak di antara mereka yang telah melakukan hal itu. Tapi pada saat itu juga telah di kenal penyebar Agama yang professional. Secara khusus mereka telah bekerja secara efektif di Afrika pada abad kesembilan belas.
Para sarjana yang mempunyai keahlian tertentu telah menerangkan Islam Afrika sebagai suatu “budaya imperial”, suatu agama yang pertama diterima oleh pemimpin dan penguasanya, atau oleh suatu kelompok elit dan kemudian di sebarkan kepada seluruh masyarakat. Dalam beberapa kasus hal ini memang demikian tetapi dipihak lain tidak diperoleh bukti bahwa Islam melakukan peralihan Agama pada lapisan sosial tingkat bawah dan kemudian Muslim yakin bahwa penyebaran tidak mungkin di lakukan sebelum mereka berhasil mempengaruhi pemimpinnya.











Bab III
Kesimpulan

Pemerintah kolonia memberikan beberapa implikasi yang sangat bertentangan bagi penduduk Muslim di Afrika. Pada satu sisi, pemerintah kolonia telah berdiri tegak, dan mengubah pola-pola perkembangan perkembangan yang telah berlangsung pada priode terdahulu. Pada sisi lainnya, pemerintahan kolonia juga turut menyokong penyebaran Islam dan membantu menjadikan Islam sebagai agama mayoritas di beberapa negeri di Afrika.
Peradaban Arab Islam di Afrika Utara dibentuk berdasarkan integrasi kalangan penakluk arab dengan masyarakat Berber dan kota-kota di wilayah laut tengah. Berber, yang dikenal dengan nama Masmudah, Sanhaja, dan Zenata, adalah masyarakat yang beragam corak, meliputi kelompok nomad yang mengembala unta, kaalngan pengembala dan kaum petani



















DAFTAR PUSTAKA
M. Lapidus, Ira, Sejarah Sosial Ummat Islam, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000
M. Lapidus, Ira, Sejarah Sosial Ummat Islam, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000
Howard m Federspiel, persatuan Islam Pembaharuan Islam Indonesia Abad XX, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1996
Abu Su’ud Islamologi, sejarah, ajaran, dan Peranannya dalam Perad
Aban Umat manusia, Rineka Cipta, Jakarta, 2003
www.Islam di Afrika. go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar