Senin, 06 Desember 2010

MUHKAM DAN MUTASYABIH

BABI
PENDAHULUAN

Allah menurunkan Al-Qur’an kepada hambanya agar ia menjadi pemberi peringatan bagi alam semesta. Ia meletakkan dan menunjukkan bagi makhluknya akidah yang benar dan prinsip-prinsip yang lurus dalam ayat-ayatnya yang tegas keterangannya dan jelas cirri-cirinya. Itu semua merupakan karunianya, kepada umat manusia , dimana ia menetapkan bagi mereka pokok-pokok ajaran agama untuk menyelamatkan akidah manusia dan menerangkan jalan yang lurus yang harus ditempuh.
Ayat-ayat tersebut adalah Ummul Kitab yang tikdak di perselisihkan termasuk pemahamannya demi menyelamatkan umat Islam dan menjaga eksistensinya. Firman Allah dalam surat Fussilat ayat 3 yang berbunyi:
       
Artinya :
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui (Q.S. Fussilat:3)
Pokok-pokok agama tersebut di beberapa tempat dalam Al-Qur’an terkadang datang dengan lafaz, ungkapan dan uslub (gaya bahasa) yang berbeda-beda tapi maknanya tetap satu. Maka sebagiannya serupa dengan sebagian yang lain tetapi maknanya cocok dan serasi.
Tak ada yang kontradiktif didalamnya. Adapun mengenai masalah cabang agama yang bukan masalah pokok, ayat-ayatnya ada yang bersifat umum dan samar-samar (mutasyabih) yang memberikan peluang bagi para mujtahid yang handal ilmunya untuk dapat nya kepada yang tegas maksudnya (muhkam) dengan cara mengembalikan masalah cabang kepada masalah pkok, dan yang bersifat partikal (juz’i) kepada yang bersifat universal (kulli).











BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian muhkam dan mutasyabih
Menurut bahasa, Kata محكمت berasal dari kata وأحكمت yang secara bahasa berarti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan dan pencegahan . Pendapat lain mengatakan bersaldari kata حكمت الدابه و احكمت yang berarti saya menahan binatang itu. Kata الحكم berarti memutuskan antara dua hal atau perkara. Maka احكام berarti orang yang mencegah yang zalim dan memisahkan antara dua orang yang bersengketa serta memisahkan antara yang hak dan batil dan antara kebenaran dan kebohongan. Jadi kata محكم berati sesuatu yang dikokohkan
. احكم الكلام :إتقانه بتمييز الصدق من الكذب في أخباره ،والرشد من الغي في أوامره (Muhkam:berarti mengokohkan perkataan dengan memisahkan berita yang benar dari yang salah, dan urusan yang lurus dari yang sesat). Jadi kalau محكم: ماكان كذلك )muhkam adalah perkataan yang seperti itu sifatnya) . Jadi dengan pengertian inilah Allah mensifati Al-Qur’an bahwa seluruhnya محكم sebagaimana ditegaskan dalam firmannya:
           
Artinya:
Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu,(Q.S. Hud:1)
Dan terdapat juga dalam surat yunus ayat satu
      
Artinya :
Alif laam raa, inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmah.

Dalam kitab البرهان dijelaskan bahwa mukam menurut bahasa adalah:
المحكم:في لغة:ا لمنع تقول: أحكمت بمعنى ردد،ومنعت ، والحكام لمعنه الظا لم من الظلم اللجام هي التي تمنع الفرس من الا ضطراب ،وحكمه
واما في الا صطلاح: فهو ما أ حكمته با لأمر و النهي،وبيان الحلال والحرام.
Sedangkan dalam kitab منا هل العرفان في علوم القران dijelaskan bahwa محكم menurut bahasa adalah يستعملون مادة الإحكام
Kata متشابه berasal dari kata تشابه yang secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal تشابه dan اشابه berarti dua hal yang masing-masing menyerupai lainnya . sebagaimana firman allah yang terdapat dalam al-qur’an dalm surat al-Baqorah ayat 25:
     
Maksudnya adalah sebagian buah buahan yang serupa dengan sebahagian yang lain.
Dikatakan juga متشابهadalah متماثلا(sama).
تشابه الكلام: تماثله وتناشبه بحيث يصدق بعضه بعضا ، وقد وصف الله القران كله بأن متشابه على هذا المعنى
(Jadi tasyabuh adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan, karena sebahagiannya membetulkan sebahagian yang lain)
Dalam kitab البرهان dijelaskan bahwa mukam menurut bahasa adalah:
واما المتشابه فأ صله أن يشتبه اللفظ في الظا هرمع اختلاف المعاني
Sedangkan dalam kitab منا هل العرفان في علوم القران dijelaskan bahwaالتشابه menurut bahasa adalah المشاركة في المماثلة والمشاكلة
Dengan pengertian inilah Allah mensifati Al-Qur’an seluruhnya Mutasybih, sebagaimana di tegaskan dalam Al-Qur’an surat az-Zumar ayat 23:
 •     •  
Artinya:
Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang
Dari pengertian di atas maka para ulama mengambil kesimpulan bahwa ayat-ayat tebagi kepada tiga yaitu :
Yang pertama: ان القران كله محكم لقو له تعا لى (semuanya muhkam)
      
Artinya:
Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu,(Q.S. Hud ayat 1 )

Yang Kedua: كله متشا به لقو له تعا لى (semuanya mutasyabihah)
  
Artinya :
… (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang …..(az-Zumar ayat 23)

Yang Ketigaوهو الصحيح أن منه محكما، ومنه متشا بها لقو له تعا لى (pendapat yang soheh sebahagian muhkam dan mutsyabih)
              •                        •            
Artinya:
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

Secara istilah para ulama berbeda pendapat pula pada merumuskan depenisi muhkam dan mutasyabih. Al-Suyuthi misal telah mengemukakan 18 defenisi atau makna muhkam dan mutasyabih yang diberikan para ulama. Al-Zarqani mengemukakan 11 defenisi pula yang sebagiannya di kutif dari al-Suyuthi. Diantaranya adalah:
1. أن المحكم الو ا ضح الد لالة،الظا هر الذى لا يحتمل النسخ،المتشابه فهو الخفى الذى لا يدرك معناه عقلا ولا نقلا،وهو ما استأ ثر الله تعا لى بعلمه
Muhkam ialah ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak mengandung kemungkinan nasakh. Mutasyabih adalah ayat yang tersembunyi (maknanya), tidak diketahui maknanya baik secara aqli maupun naqli, dan inilah ayat-ayat yang hanya Allah mengetahuinya, seperti datangnya hari kiamat, huruf-huruf yang terputus di awal-awal surat. Pendapat ini dibangsakan al-Alusi ke pada-pemimpin-peminpin mazhab Hanafi
2. ان المحكم ما عرف المراد منه إمابالظهور وإما با لتأ ويل ، أ ما المتشا به فهو ما استأ ثر تعا لى بعلمه
Muhkam ialah ayat yang diketahui maksudnya,baik secara nyata maupun melalui takwil. Mutasyabih ialah ayat yang hanya Allah yang mengetahui maksudnya, seperti datangnya hari kiamat. Dibangsakan kepada ahli sunnah.
3. ان المحكم ما لا يحتمل إلا وجها وا حدا من التأ ويل،أما المتشابه فهو ما احتمل أوجها .
Muhkam ialah ayat yang tidak mengandung takwil. Mutasyabih ialah ayat yang mengandung banyak kemungkinan takwil. Berdiri. Dibangsakan kepada ahli ushul fiqih.
4. ان لمحكم ما استقل بنفسه ولم يحتج إلى بيان ، أ ما المتشابه فهو الذى لا يستقل بنفسه ، بل يحتاج إلى بيان ، فتارة يبين بكذا ، وتارة يبين بكذا، لحصول الاختلاف فى تأويله
Muhkam ialah ayat yang berdiri sendiri dan tidak memerlukan keterangan . Mutasyabih ialayah ayat yang memerlukan keterangan. Pendapat ini diceritakan dari Imam Ahmad r.a.
5. ان لمحكم هو السديد النظم والترتيب،الذى يفضى إلى إثارة المعنى المستقيم من غير مناف، أما المتشا به فهو الذى لا يحيط العم بمعناه المطلوب من حيث اللغة ,إ لا أن تقترن به أوقرينة ، ويندرج المشترك فى المتشابه بهذا المعنى
Muhkam ialah ayat yang seksama susunan dan urutannya yang membawa kepada kebangkitan makna yang tepat tanpa pertentangan. Mutasyabih ialah ayat yang makna seharusnya tidak ter jangkau dari segi bahasa kecuali bila ada bersamanya idikasi atau melalui konteksnya.pendapat ini dibangsakan pada pendapat Imam Harmaini
6. ان لمحكم وهو الو اضح المعنى الذى لا يتطرق إليه إشكال ،ماخوذ من الاحكام وهو الإتقان ، اما المتشابه فنقيضه ،وينتظم المحكم على هذا ماكا ن نصا وما كا ن ظاهرا ، وينتظم المتشابه ما كا ن من الألفا ظ الموهمة للتشبيه في حقه سبحانه ، و قد نسب هذا القول إلى بعض المتأخرين, ولكنه فى الحقيقة رأى الطيبى
Muhkam ialah ayat yang jelas maknanya dan tidak masuk kepada iskal (kepelikan). Mutasyabih ialah lawanya. Muhkam terdiri dari lafal nash dan zahir. Mutasyabih terdiri dari isim-isim musytarak ketiadaan lafal-lafal mubhamah (samar-samar). Pendapat ini adalah pendapat Al-Thibi
7. ان لمحكم ما كا نت دلالته راجحة، وهو النص والظا هر ، ا ما المتشابه فما كا نت دلالته غير را جحة ، وهو المجمل و المؤِول و المشكل، ويعزى هذا الر أى إلى الإ مام الرزى Muhkam ialah ayat yang tujukan maknanya kuat yaitu lafal nash dan lafal zahir. Mutasybih ialah ayat yang di tunjukkan maknanya tidak kuat, yaitu mujmal , munawwal dan musykil . Pendapat ini dibangsakan kepada Imam al-Razi.
Sementara dalam buku مبا حث في علوم القرانdi jelaskan mengenai pengertian al-Muhkam dan al-Mutasyabih antaranya adalah:
1. المحكم: ما عرف المراد منه – والمتشابه : ما استأثر الله بعلمه
Muhkam adalah ayat yang mudah di ketahui maksudnya, sedangkan mutasyabih hanya di ketahui maksudnya oleh Allah sendiri. terpenting beda.
2. المحكم:مالا يحتمل إلا وجها واحدا—والمتشابه: ما احتمل أ وجها
Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedangkan mutasyabih mengandung banyak wajah.
3. المحكم: ما استقل بنفسه ولم يحتج إلى بيان— والمتشابه : مالا يستقل بنفسه واحتاج إلى بيان برده لى غيره إ
Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung, tanpa memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih tidak demikian ; ia memerlukanpenjelasn dengan merujuk kepada ayat-ayat lain.
Dari beberapa pendapat para ulama tentang pengertian muhkam dan mutsyabih, kita dapat analisa dan simpulkan bahwa ; Muhkam adalah ayat yang berdiri sendiri, tanpa memerlukan keterangan, tidak memerlukan takwil serta ayatnya jelas maksudnya baik secara lafal dan maknanya.
Sedangkan mutasyabih adalah ayat yang tidak jelas maksudnya baik secara lafal dan makna, memerlukan pentakwilan, dan keterangan serta penjelasan yang terperinci baik secara aqli dan naqli.
B. Ayat.ayat yang membicarakan munculnya al-Muhkam dan al-Mutasyabih
Pembicaraan tentang Muhkam dan mutasyabih menurut al-Zarqoni muncul karena adanya ketersembunyian maksud Allah dalam kalamnya. Ketersembunyian tersebut menurut beliau terdapat pada lafal dan makna sekaligus seperti lafal:
  
Lafal  disini mutasyabih karena ganjilnya dan jarangnya digunakan. Kata  diartikan rumput-rumput berdasarkan dari pemahaman ayat berikutnya mutasyabih yang timbul dari ketersembunyian makna adalah ayat-ayat yang
membicarakan tentang sifat-sifat Allah. Seperti.
    
Mutasyabih yang muncul dari ketersembunyian pada makna dan lafal sekaligus adalah seperti:
        ••             •       •    
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya[116], akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung (Q.S.Al-Baqarah: 189).
Dari penjelasan tersebut maka Al-Zarqoni membagi ayat-ayat mutasabihah kepada tiga bagian :
1. ayat ayat yang seluruh manusia tidak dapat samapai kepada maksudnya, seperti pengetahuan tentang Zat Allah dan hakikatnya sifat-sifatnya, pengetahuan tentang waktu kiamat dan hal-hal yang daib lainya firman Allah:
                                  
Artinya
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"(Q.S.Al-An A’m:59)
•               •           •    
Artinya
Sesungguhnya Allah, Hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(Q.S.Luqman:34)

.


2. Ayat -ayat yang setiap orang bisa mengetahui maksudnya melalui penelitian dan pengkajian. Firman Allah
                              
Artinya
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.(Q.S.Annisa:3)
3. Ayat –ayat yang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan bukan semua ulama.
C. Pendapat ulama tentang al muhkam- dan mutasyabih
Pembicaraan tentang muhkam dan mutasyabih telah dikemukan pada pemahasan diatas, terdapat berbagai macam sebab dan bentuknya. Maka dalam pembahasan ini kita akan membahas tentang bagaimana pendapat para ulama terhadap ayat-ayat muhkam dan mutasyabih. Para ulama sepakat terhadap ayat muhkam tidak perlu penjelasan yang lebih rinci, sebab ayat muhkam sudah jelas maksudnya baik dari segi lafal dan maknanya. Sebab dengan membacanya saja kita sudah paham dan mengetahui maksudnya. Namun yang jadi perdebatan para ulama adalah tentang ayat-ayat mutasyabih, kebanyakan para ulama berpendapat bahwa tidak ada yang mengetahui takwilnya selain Allah. Akan tetapi para ulama yang rasikh ilmunya dapat mengetahui takwilnya sebagai pembeda mereka dengan orang yang awam. Ayat-ayat yang berkenaan dengan sifat-sifat Allah, Al-Suyuti menyebutnya dengan ayat al-shifat, sementara Shubi al-Shalih menyebutnya dengan mutasybih al-Shifat. Adapun ayat-ayat yang termasuk ayat-mutasyabih adalah :
1. Q.S.Thaha :5.
    
Artinya
(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy (Q.S.Thaha :5).



2. Q.S. Al-Qasas :88
         
Artinya
Tiap -tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.
3. Q.S. Al-An’am : 18
        
Artinya
Dan dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. dan dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

4. Q.S.Al-Fath:10

     
Artinya.
Tangan Allah di atas tangan mereka,
5. Q.S.Al-Fajr: 22

     
Artinya
Dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris.

6. Q.S. Al-Fath: 6
       
Artinya
Dan Allah memurkai dan mengutuk mereka .

7. Q.S. Al-Bayyinah:8
            
Artinya
Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

8. Q.S. Ali Imran:31

     •          
Artinya
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.




D. Hikmah ayat-ayat muhkamat dan mutasyahabih
Hikmah ayat-ayat Muhkamat
1. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.
2. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.
3. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.
4. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.
Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat:
1. Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
2. Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih. Sebagaimana Allah menyebutkan "Wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab", sebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata "rabbana la tuzighqulubana". Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
3. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah Swt, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
4. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah Swt.
5. Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.














BAB III
KESIMPULAN

Muhkam ialah ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak mengandung kemungkinan nasakh. Mutasyabih adalah ayat yang tersembunyi (maknanya), tidak diketahui maknanya baik secara aqli maupun naqli,
Adapun ayat yang membicarakan ayat-ayat muhkam dan mutasybih adalah
        ••             •       •    
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya[116], akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung (Q.S.Al-Baqarah: 189).
Sedangkan pendapat para ulama tentang ayat muhkam dan mutasyabih. Para ulama sepakat terhadap ayat muhkam tidak perlu penjelasan yang lebih rinci, sebab ayat muhkam sudah jelas maksudnya baik dari segi lafal dan maknanya. Sebab dengan membacanya saja kita sudah paham dan mengetahui maksudnya. Namun yang jadi perdebatan para ulama adalah tentang ayat-ayat mutasyabih, kebanyakan para ulama berpendapat bahwa tidak ada yang mengetahui takwilnya selain Allah
Sedangkan hikmahnya adalah Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah Swt.








DAFTAR KEPUSTAKAAN
منا هل العرفان في علوم القران الجزِءالثا نى. الشيخ محمدعبد العظيم الزرقاني ،
الإمام جلاالدين الرحمن بن أبي بكر السيوطي،الإتقان في علوم القران
البرها ن في علوم القران ،الامام بدرالدين محمد بن عبدالله الزركسي

مناع القطان مبا حث في علوم القران
Ali Ashaabuuny, Muhammad, Studi Ilmu Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung 1999
Manna’ Khalil al- Qattan. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, lintera Antar Nusa Halim Jaya. 2009.
Tengku Muhammad Hasbi Ash shiddieqy, ilmu-ilmu Al-Qur’an, PT. Putra Rizki Putra Semarang, 2002
Wahid, Ramli abdul Ulumul Qur’an edisi revisi, PT.Raja Grafindo Persada Jakarta, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar