Senin, 06 Desember 2010

ONTOLOGI FILSAFAT ILMU

Bab I
Pendahuluan
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Thales berpenderian bahwa segala sesuatu tidak berdiri dengan sendirinya melainkan adanya saling keterkaitan dan keter gantungan satu dengan lainnya .
Dalam persoalan Ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama berupa materi (kebenaran),dan kedua, kenyatan yang berupa rohani (kejiwaan).
Pembicaraan tentang hakikat sangat lah luas, yaitu tentang segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat adalah realitas;realita adalah ke-real-an, riil artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyata yang berubah.
Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The theory First Philosofhy.
Asas-asas filsafat merupakan suatu kajian yang mengetangahkan prinsip –prinsip pokok bidang filsafat. Dalam hal ini kajian beberapa bidang utama filsafat seperti: Fisika dan Meta fisika, epistemology dan etika. Kesemuaan bidang ini dapat di pandang sebagai pilar utama suatu bangunan filsafat, ketika kita ingin memahami filsafat seorang tokoh atau aliran.

Bab II
Pembahasan
A. Ontology Fisika
1. Pengertian Ontologi
Menurut Bahasa Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu : On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Sedangkan menurut istilah Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak
Dari pengertian diatas dapat kita pahami bahwa; Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. Atau Ontologi secara ringkasnya membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.


2. Objek ontologi
Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada tataran studi filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan.
1. Fisika
Ilmu fisika adalah ilmu rasional empiris. Yang termasuk didalamnya adalah seluruh dunia pengalaman raga indrawi yang tunduk pada alam. Contohnya patung pesawat.
1.1. Adapun Objek Ilmu Fisika
Objek ilmu fisika adalah adalah semua objek yang empiris, yakni objek yang berda dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Artinya adalah pengalaman yang diperoleh indra. Objek kajian fisika haruslah objek-objek empiris sebab bukti-buktinya harus ditemukan dengan bukti yang empiris. Bukti empiris ini diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipoteis.
Fisika boleh meneliti apa saja baik empiris dan lainnya yang terpenting adalah dari mana kita memandangnya atau dari filasafat mana. Hal ini bila kita kaitkan dengan agam belum tentu bebas. Objek-objek yang diteliti oleh filsafat banyak sekali seperti, alam, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia itu sendiri, serta kejadian –kejadian yang terjadi disekitar alam tersebut; yang kesemunya itu dapat diteliti oleh sain. Dari penelitian tersebut akan muncul teori-teori fisika. Teori-teori itu berkelompok atau dikelompokkan pada masing-masing cabang sain, sebagian dari cabang sain adalah ilmu fisika.
1.2. Cara memperoleh Ilmu Fisika
Pengalaman manusia sudah berkembang sejak lama. Yang dapat dicatat dengan baik ialah sejak tahun 600 SM. Yang mula-mula timbul adalah pengetahuan filsafat dan hamper bersamaan itu pula pengetahuan fisika dan pengetahuan meta fisika. Perkembangan fisika didorong oleh paham Humanisme. Humanism adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dan alam. Humanism muncul pada zaman yunani kuno . sejak zaman dahulu, manusia telah menginginkan adanya aturan untuk mengatur manusia. Tujuannya ialah agar manusia itu hidup teratur, sebab dengan adanya peraturan akan menjamin tegaknya kehidupan yang teratur .
Manusia juga memerlukan aturan untuk mengatur alam. Pengalaman manusia menunjukkan bila alam tidak diatur maka alam tersebut menyulitkan kehidupan manusia itu sendiri. Karna manusia tidak ingin dipersulit oleh alam, bahkan keinginan manusia adalah alam lah yang mempermudah kehidupan manusia. Maka dari itulah manusia memerlukan aturan untuk dapat mengatur ala mini. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan dalam diri manusia. Bagaimana membuat aturan untuk mengatur manusia dan alam?.Siapakah yang dapat membuat aturan itu?. Hingga akhirnya yunani kuno menemukan bahwa manusialah yang membuat aturan itu, dan mengatakan bahwa manusia itulah yang harus membuat aturan untuk mengatur manusia dan alam ini.
2. Metafisika
Meta : dibalik, after the sings of nature, adanya wujud yang bersifat gaib selain wujud nyata yang lebih kuat. Wujud ghaib ada dialam dan yang ada diluar alam. Metafisika adalah filsafat yang membahas persoalan tentang keberadaan (being) atau eksistensi. Archie J. Bahm mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu penyelidikan masalah perihal keberadaan. Dalam metafisika orang berupaya menemukan bahwa keberadaan itu memiliki suatu yang kodrati, yakni karakteristik umum, sehingga metafisika menjadi suatu penyelidikan kearah kodrati eksistensi. Istilah metafisika sendiri berasal dari kata yunani meta ta physika yang dapat diartikan sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda-benda fisik. Aristoteles tidak memakai istilah metafisika, melainkan proto phylosophia (filsafat pertama).
Aristoteles mengemukakan beberapa istilah maknanya yang dapat di setarakan dengan metafisika, yaitu filsafat pertama (first philosophy), pengetahuan tentang sebab (knowledge of cause), studi tentang ada sebagai ada (the study of being as being), studi tentang Ousia (being), studi tentang hal-hal abadi dan yang tidak dapat digerakkan (the study of the eternal and immovable), dan theology.
2.1. Klasifikasi Ilmu Metafisika
Metafisika adalah filsafat pertama dan bidang filsafat yang paling utama. Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas tentang keberadaan atau eksistensi. Archie j. Bahm mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu penyelidikan pada masa prihal keberadaan. Dalam metafisika itu orang berupaya menemukan bahwa keberdaan memiliki suatu hal yang “kodrati”, yakni karakteristik umum, sehingga metafisika menjadi sebuah penyelidikan kearah kodrat eksistensi. Seorang metafisikus cendrung mengarahkan penyelidikannya pada karakteristik eksistensi yang universal. Christian Wolff mengklasifikasikan metafisika sebagai berikut:
1. Metafisika Umum (ontologi), membicarakan tentang hal”ada”(being)
2. Metafisika Khusus:
a. Fisikologi; membicarakan tentang hakikat manusia
b. Kosmologi; membicarakan tentang hakikat atau asal usul alam semesta.
c. Theology; membicarakan tentanga hakekat keberadaan Tuhan.
Metafisika berusaha mempokuskan diri pada prinsif dasar yang terletak pada berbagai pendekatan intelektual, sebab persoalan yang timbul dikalangan ilmuan adalah dapatkah metafisika dikategorikan sebagai sebuah disiplin ilmu. Pertanyaan tersebut adalah yang paling banyak menghantui benak para pemula dalam mempelajari ilmu filsafat. Kebanyakan dari mereka meragukan sifat keilmiahan metafisika tersebut, sebab keabstrakan objek yang dipelajarinya.
Melihat hal tersebut Bahm menegaskan bahwa suatu kegiatan baru dapat dikatakan sebuah ilmu bila mencakup enam perkara:
a. Problem (problems)
b. Sikap (attitude)
c. Metode (method)
d. Aktifitas (aktifity)
e. Pemecahan (solutions)
f. Pengaruh (effect)
Berdasarkan karakteristik ini bahwa metafisika itu termasuk kedalam rumpun ilmu. Seorang metafisikus dapat membantu ilmuan untuk menunjukkan asumsi-asumsi metafisis yang dibutuhkan bagi pengembangan dan pembentukan teori atau pradigma ilmu pengetahuan.
Dengan masuknya metafisika sebagai rumpun dari ilmu, maka dapat kita uraikan beberapa peran dari metafisika dalam ilmu pengetahuan:
a. Metafisika mengajarkan cara-cara berfikir yang cermat dan tidak kenal lelah dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sebab seorang metafisikus selalu mengembangkan pikirannya untuk menjawab persoalan-persoalan yang bersifat enigmatic (teka-teki)
b. Metafisika memberikan bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama pada wilayah pranggapan-pranggapan, sehingga persoalan yang diajukan memiliki landasan berpijak yang kuat.
c. Metafisika menuntut orisinalitas berfikir yang sangat diperlukan bagi ilmu pengetahuan,
d. Metafisika juga membuka peluang bagi terjadinya perbedaan visi didalam melihat realitas, karena tidak ada kebenaran yang benar-benar absolut.
2.2. Objek Ilmu metafisika
Istilah metafisika bersal dari bahasa yunani meta phyisica yang berate sesudah fisik istilah tersebut merupakan nama yang diberikan oleh Andronikos terhadap karya-karya Aristoteles yang membicarakan diluar fisik.
Kant menekankan metafisika pada dasarnya memiliki tiga objek kajian antra lain :Kosmologi (semesta), Psikologi (jiwa) dan Theologi (tuhan). Wolff dan kant pada dasarnya sepakat bahwa pembicaraan ketiga tersebut harus dibedakan dengan hal-hal yang dibicarakan ontology, karena ruang lingkup ontology adalah realitas yang terpersepsi. Meskipun demikian mereka juga sepakat bahwa kajian metafisika tentang ketiga hal tersebut tidak bisa terlepas sama sekali dari kajian ontology.
Kajian metafisika tentang kosmos tidak membicarakan alam semesta dalam pengertian entitas-entitas yang berada didalam melainkan semesta sebagai suatu keseluruhan. Kajian metafisika tentang manusia menghasilkan dua pandangan besar:
1. Pandangan dualisme beranggapan bahwa jiwa merupakan subtansi yang terpisah dari materi (tubuh) dan akan terus melanjutkan eksistensinya walaupun materinya lengkap.
2. Pandangan mononisme beranggapan bahwa jiwa dan materi adalah dua asas metafisik yang tak terpisahkan dari subtansi individu (manusia).
Tuhan sebagai objek kajian metafisika memiliki kekhususan dibanding kedua objek metapisika lainnya. Tuhan adalah suatu yang mutlak tidak dapat ditangkap oleh indra. Metafisika yang mengkaji tentang tuhan disebut filsafat ketuhanan. Apabila filsafat ketuhanan mengambil tuhan sebagai titik akhir atau kesimpulan seluruh kajiannya, maka teologi wahyu memandang tuhan sebagai ttik awal pembahasannya.











Bab III
Kesimpulan

1. Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak
2. Ontologi adalah merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno, dalam perkembangannya banyak bermunculan aliran-aliran didalamnya.
3. Pembahasan tentang ontology sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa” atau membahas apa yang ingin kita ketahui seberapa jauh kita ingin tahu.
4. Ilmu fisika adalah ilmu rasional empiris. Objek ilmu fisika adalah adalah semua objek yang empiris, yakni objek yang berda dalam ruang lingkup pengalaman manusia sedangkan Metafisika adalah filsafat yang membahas persoalan tentang keberadaan (being) atau eksistensi.Objek metafisika pada dasarnya memiliki tiga objek kajian antra lain :Kosmologi (semesta), Psikologi (jiwa) dan Theologi (tuhan).





Daftar Pustaka

Achmadi, Asmoro, Filsafat Umum, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008
Bakkeri, Anton, Ontologi Metafisika Umum, Yogyakarta, Gramedia, 1992
Hanafi, A, Pengantar Filsafat Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1976
Lorens, Bagus, Ontologi Metafisika, Yogyakarta, Gramedia, 1991
Lorens, Bagus, Kamus filsafat, Yogyakarta, Gramedia, 1996
Mustansyir, Rizal, dan Misnal Murni, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001
Poedjawijatna, Pembimbing kearah Alam Filsafat, Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Tafsir, Ahmad, filsafat Ilmu mengurai Ontologi, Epistemologi, dan aksiologi pengetahuan, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007 .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar